Demam Kuning (Yellow Fever)

28 Dec 2022 | Admin

Selayang Pandang 

Demam kuning (Yellow Fever) adalah penyakit demam berdarah (hemoragik) virus akut yang ditularkan oleh nyamuk yang terinfeksi virus penyebab demam kuning. Penyebab penyakit demam kuning adalah virus yellow fever yang tergolong dalam genus Flavivirus, kelompok besar virus RNA. Di kawasan hutan, secara alamiah virus demam kuning hidup dan memperbanyak diri pada tubuh hewan primata, biasanya monyet dan simpanse. Virus ini dapat ditularkan ke manusia melalui perantara (vektor) nyamuk. Demam kuning merupakan penyakit endemik di daerah tropis Afrika serta Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Nyamuk perantara penyakit demam kuning di kawasan hutan Afrika adalah Aedes africanus (terutama) dan spesies Aedes lainnya. Di Amerika Selatan, vektor utamanya adalah spesies Haemagogus dan Sabethes. Di daerah perkotaan dari Afrika dan Amerika Selatan, vektornya adalah Aedes aegypti. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit menular yang berbahaya. Tingkat kematian penyakit ini berkisar 20-50%, namun pada kasus berat dapat lebih dari 50%.

 

Sejarah Perkembangan Demam Kuning 

No Tahun Perkembangan
1. 3000 tahun sebelum abad ke-16 Para ilmuwan sepakat bahwa demam kuning mulai berkembang di Afrika.
2. Abad ke-16 Menyebar ke bumi bagian barat yang merupakan importasi dari Afrika Barat.
3. Tahun 1648 Terjadi KLB di Amerika (Yucatan dan Guadelope).
4. Tahun 1668-1699 Terjadi KLB di Newyork, Boston, dan Charleston.
5. Abad ke-17 Terjadi penyebaran ke Eropa.
6. Tahun 1730 an KLB di Eropa pertama kali terjadi di Spain, French dan British. Pada tahun yang sama juga terjadi KLB di Amerika yaitu di West Indies, US, dan Amerika Tengah.
7. Abad ke-18 Sebelum pertengahan abad ke-18, para ilmuwan sepakat bahwa demam kuning ditularkan melalui kontak langsung dengan orang yang terinfeksi atau benda yang terkontaminasi.
8. Tahun 1848-1881 Ilmuwan pertama yang berpendapat bahwa demam kuning ditularkan melalui vektor nyamuk adalah dokter dari Amerika (Josiah Clark Nott, 1848) dan dokter dari Cuban (Carlos Finlay, 1881).
9. Tahun 1898 KLB menyerang para tentara US di Kuba pada perang antara Spain–Amerika. Banyak kematian pada peristiwa ini.
10. Tahun 1900 Komisi Reed Yellow Fever menyimpulkan bahwa infeksi demam kuning pada manusia ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti.
11. Tahun 1905 KLB Terakhir yang terjadi di New Orleans, US.
12. Tahun 1930 Telah dikembangkan 2 jenis vaksin: 17D vaksin dan French neurotopic vaccine.
13. Tahun 1940 Kampanye vaksinasi massal, di Amerika menggunakan jenis 17 D vaksin, dan di Afrika menggunakan French neurotopic vaccine.
14. Tahun 1960 Kasus demam kuning terus dilaporkan baik dari Afrika maupun Amerika. Ribuan kasus dilaporkan berasal dari daerah yang tidak mendapatkan vaksinasi.
15. Tahun 1980 Peningkatan kasus yang signifikan di Afrika. Diperkirakan sebanyak 120.000 kasus dengan 24.000 kematian yang dilaporkan hanya dari Nigeria saja. Pada kejadian ini diketahui bahwa penyebaran terjadi akibat berkembangnya demam kuning pada non-human primate.
16. Tahun 1982 French neurotopic vaccine tidak lagi digunakan karena diketahui dapat menyebabkan postvaccinal encephalitis. Pada tahun ini 17 D vaksin menjadi standar untuk imunasi di seluruh dunia.
17. Abad ke- 20 Vaksinasi demam kuning telah menjadi program imunisasi rutin di beberapa negara Amerika dan Afrika.

 

Situasi di Indonesia

Sampai saat ini belum pernah dilaporkan kasus konfirmasi penyakit demam kuning di Indonesia.

 

Situasi Global

           

            Distribusi Demam Kuning di Afrika                       Distribusi Demam Kuning di Amerika

Empat puluh tujuh negara yang meliputi 34 negara di Afrika dan 13 negara di Amerika Selatan merupakan negara endemik demam kuning. Dan dua puluh tujuh negara di Afrika diklasifikasikan sebagai negara dengan risiko tinggi demam kuning oleh Eliminate Yellow Fever (EYE). Total kasus konfirmasi demam kuning yang dilaporkan hingga bulan November 2022 adalah sebanyak 179 kasus konfirmasi dengan 36 kasus kematian (CFR: 20,11%). Diperlukan kewaspadaan dini dan kekebalan tubuh sebelum memasuki wilayah di negara tersebut.

Regional WHO Negara
African Region Angola, Benin, Burundi, Cameroon, Central African Republic, Chad, Congo, Cote d'Ivoire, Democratic Republic of the Congo, Equatorial Guinea, Ethiopia, Gabon, Gambia, Guinea, Guinea Bissau, Kenya, Liberia, Mali, Mauritania, Niger, Nigeria, Ruwanda, Senegal, Siera Leone, Sudan, Togo, Uganda, Ghana, Congo, Eritrea, Sao Tome, Somalia, Tanzania, Zambia.
American Region Argentina, Brazil, Colombia, Ecuador, French Guiana, Guyana, Panama, Paraguay, Peru, Suriname, Trinidad and Tobago, Venezuela, Bolivia.

 

Gejala, Tanda, dan Masa Inkubasi

Setelah kontak dengan nyamuk yang terinfeksi, virus akan mengalami masa inkubasi di dalam tubuh selama 3 sampai 6 hari diikuti oleh infeksi yang dapat terjadi selama satu atau dua tahap. Fase pertama adalah fase akut. Fase ini biasanya menyebabkan demam, nyeri otot terutama pada bagian punggung, sakit kepala, menggigil, kehilangan nafsu makan, dan mual atau muntah. Sebagian besar pasien akan pulih setelah 3 sampai 4 hari. Namun, sebanyak 15% dari pasien akan memasuki fase kedua yang lebih beracun dalam waktu 24 jam. Fase kedua ditandai dengan kerusakan hati dengan jaundis/ikterik atau kulit menjadi berwarna kuning, urin gelap, sakit perut, gagal ginjal, meningitis dan akhirnya dapat mengakibatkan kematian. Setengah dari pasien yang mengalami fase beracun meninggal dalam waktu 7 sampai 10 hari, sisanya sembuh tanpa kerusakan organ yang signifikan.

 

Transmisi (Cara Penularan)

  • Tipe Sylvatic (Jungle Yellow Fever)
  1. Terjadi di hutan hujan tropis.
  2. Nyamuk menggigit monyet terinfeksi virus demam kuning.
  3. Kemudian nyamuk ini biasanya akan menggigit monyet lain atau manusia yang masuk ke hutan.
  • Tipe Intermediet
  1. Virus dapat ditularkan dari monyet ke manusia atau dari manusia ke manusia melalui nyamuk.
  2. Tipe ini paling sering terjadi di Afrika.
  • Tipe Perkotaan
    1. Penularan virus antar manusia melalui nyamuk, terutama Aedes Aegypti.
    2. Jenis transmisi ini sangat rentan menyebabkan epidemi penyakit demam kuning dalam area yang lebih luas.
    3. Masyarakat akan menjadi rentan ketika tidak memiliki kekebalan karena kurangnya vaksinasi.
  1.  

Penegakan Diagnosis

Penyakit demam kuning sulit untuk didiagnosis, terutama saat tahap awal karena dapat terdeteksi sebagai penyakit lain seperti malaria, leptospirosis, hepatitis (terutama bentuk fulminan), demam berdarah lainnya, infeksi flavivirus lain (seperti DBD), dan keracunan. Tes Polymerase Chain Reaction (PCR) dalam darah dan urin dapat mendeteksi virus pada tahap awal penyakit. Untuk tahap selanjutnya, diperlukan tes untuk mengidentifikasi antibodi dengan ELISA dan PRNT.

 

Pengobatan dan Tata Laksana Kasus

Saat ini tidak ada pengobatan antivirus yang spesifik untuk demam kuning, sebagian besar pasien yang mengalami gejala demam kuning ringan akan hilang dalam waktu tiga sampai empat hari. Terapi suportif ditujukan langsung untuk memperbaiki kehilangan cairan dan mempertahankan stabilitas hemodinamik.

 

Penilaian Risiko Penyebaran di Indonesia

  • Belum pernah dilaporkan keberadaan kasus demam kuning di Indonesia.
  • Belum pernah dilaporkan keberadaan vektor nyamuk Haemagogus dan Sabethes di Indonesia.
  • Risiko importasi sedang bagi Indonesia, hal ini dikarenakan Indonesia memberlakukan syarat bagi pelaku perjalanan yang menuju dan datang dari negara terjangkit harus memiliki sertifikat vaksinasi yang masih valid

Pencegahan Demam Kuning

  1. Pengendalian Vektor
  • Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan Menguras, Menutup, dan Memafaatkan/Mendaur ulang, ditambah dengan upaya mekanik lain yang terbukti bermanfaat (PSN 3M Plus).
  • Pengendalian secara biologi dengan menggunakan agent biologi.
  • Pengendalian secara kimiawi menggunakan insektisida kimia.
  • Pengendalian vektor secara terpadu.
  1. Pemberian Kekebalan melalui Vaksinasi

Penyakit demam kuning dapat dicegah melalui vaksin. Dosis tunggal vaksin demam kuning sudah cukup untuk memberikan kekebalan yang berkelanjutan dan perlindungan terhadap penyakit demam kuning sehingga tidak memerlukan dosis vaksin booster. Berikut ini adalah tata cara pemberian vaksin demam kuning.

  • Vaksinasi demam kuning harus dilakukan oleh pelaku perjalanan yang akan bepergian atau tinggal di negara/wilayah negara endemis dan/atau terjangkit kejadian luar biasa demam kuning
  • Vaksinasi ini dilakukan selambat-lambatnya 10 hari sebelum berangkat
  • Vaksinasi demam kuning dapat dilakukan di Kantor Kesehatan Pelabuhan terdekat

Pedoman Demam Kuning

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Demam Kuning dapat didownload disini.