Penyakit zoonosis yang disebabkan oleh virus dalam kelompok genus Hantavirus dan famili Bunyaviridae serta ditularkan melalui rodensia seperti tikus dan mencit.
Seseorang yang terinfeksi Hantavirus dapat mengalami manifestasi klinis yang berbeda tergantung pada tipe Hantavirus yang menginfeksi. Terdapat 2 manifestasi klinis yang dapat terjadi ketika seseorang terinfeksi Hantavirus:
Tidak, Hantavirus pertama kali diidentifikasi pada rodensia (Apodemus agrarius) di dekat sungai Hantan, Korea Selatan pada tahun 1978. Temuan ini kemungkinan berkaitan dengan lebih dari 3000 kasus demam berdarah di Korea yang terjadi pada pasukan PBB setelah perang Korea (1951-1953). Pada tahun 1981, genus Hantavirus yang termasuk virus yang menyebabkan haemorraghic fever with renal syndrome (HFRS) diperkenalkan dalam famili Bunyaviridae. Setelahnya pada tahun 1993, terdapat temuan wabah Hantavirus di wilayah barat daya Amerika Serikat yang menyebabkan gangguan serius pada saluran pernapasan sehingga memunculkan temuan kasus hantavirus pulmonary syndrome (HPS).
Persebaran Hantavirus di dunia berbeda setiap tipe virus, dengan rincian sebagai berikut:
Situasi persebaran Hantavirus di Indonesia, baik pada hewan ataupun manusia belum banyak diketahui, meskipun sudah ada laporan kasus. Beberapa penelitian atau publikasi menyatakan adanya infeksi Hantavirus dan virus Seoul pada manusia di Indonesia. Selain itu, keberadaan Hantavirus pada vektor (rodensia) melalui Hasil Riset Khusus Vektor dan Reservoir (Rikhus Vektora) yang dilakukan pada tahun 2015-2018 di 29 provinsi mengemukakan bahwa infeksi Hantavirus pada rodensia pembawa Hantavirus telah ditemukan di 29 provinsi tersebut dan tersebar pada berbagai tipe habitat seperti pemukiman, lahan pertanian, maupun hutan.
Seseorang dapat tertular Hantavirus dengan menghirup aerosol (partikel padat atau cair yang terdapat di udara) yang mengandung virus terkontaminasi dari hasil ekskresi (urin, tinja) atau air liur dari rodensia yang terjangkit Hantavirus. Selain itu terdapat kemungkinan kecil urin, tinja, atau air liur dari rodensia yang terjangkit Hantavirus menginfeksi manusia melalui kulit yang pecah-pecah atau gigitan rodensia. Sampai saat ini, belum ditemukan adanya penularan Hantavirus dari manusia ke manusia.
Tidak ada cara yang spesifik untuk mengetahui rodensia pembawa penyakit Hantavirus. Hal tersebut disebabkan karena rodensia pembawa Hantavirus bersifat asimptomatik atau tidak bergejala meskipun telah terinfeksi dan setiap tipe Hantavirus memiliki spesies inang rodensia yang berbeda satu sama lain.
Setiap orang dari segala usia, ras, kelompok etnis, dan jenis kelamin berpotensi terpapar Hantavirus ketika memiliki potensi kontak dengan rodensia pembawa Hantavirus. Namun terdapat beberapa kegiatan berisiko yang memungkinkan seseorang terinfeksi Hantavirus:
Gejala yang dialami seseorang bergantung pada manifestasi klinis yang terjadi dengan rincian sebagai berikut:
Seseorang yang mengalami manifestasi klinis HFRS umumnya mengalami gejala awal seperti sakit kepala intens, nyeri pada punggung dan perut, demam, menggigil, mual, dan penglihatan kabur, serta terdapat kemungkinan timbul gejala lain seperti wajah kemerahan, peradangan, mata merah, atau ruam. Setelah mengalami gejala awal, seseorang dengan HFRS dapat mengalami gejala lanjutan seperti tekanan darah rendah, syok akut, pecah pembuluh darah, dan gangguan ginjal akut.
Seseorang yang mengalami manifestasi klinis HPS umumnya memiliki gejala awal seperti kelelahan, demam, dan nyeri otot terutama di paha, panggul, punggung, dan bahu. Namun empat hingga sepuluh hari setelah gejala awal, umumnya seseorang dengan HPS mengalami batuk dan sesak napas karena paru-paru yang terisi cairan. Kasus HPS umumnya mengakibatkan tidak berfungsinya otot jantung dan penurunan jumlah aliran darah (hyperperfusion) sehingga HPS sering disebut sebagai Hantavirus cardiopulmonary syndrome (HCPS).
Waktu timbul gejala umumnya 1-8 minggu setelah terpapar Hantavirus. Akan tetapi, masa timbul gejala berbeda setiap orangnya bergantung pada jenis manifestasi klinis yang dialami. Seseorang yang mengalami manifestasi klinis HPS umumnya timbul gejala 1-8 minggu setelah terpapar Hantavirus. Sedangkan seseorang yang mengalami manifestasi klinis HFRS mengalami gejala umumnya 1-2 minggu setelah terpapar Hantavirus, namun dalam beberapa kasus dapat terjadi 8 minggu setelah terpapar.
Apabila Anda mengalami gejala berkaitan dengan Hantavirus dan memiliki kemungkinan kontak dengan rodensia, Anda diharapkan pergi ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat. Dokter atau tenaga kesehatan akan melakukan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosis.
Apabila Anda terdiagnosis penyakit Hantavirus, dokter atau tenaga kesehatan akan menentukan mekanisme pengobatan yang Anda perlukan. Sampai saat ini belum ada pengobatan spesifik untuk penyakit Hantavirus, pengobatan ditujukan sebagai terapi suportif untuk meredakan gejala yang dialami.
Kematian akibat Hantavirus berbeda bergantung pada jenis manifestasi klinis yang dialami seseorang:
Seseorang yang mengalami manifestasi klinis HPS memiliki kemungkinan kematian yang cukup tinggi, yakni sebesar 40-50%.
Seseorang yang mengalami manifestasi klinis HFRS umumnya memiliki kemungkinan kematian yang lebih rendah dibandingkan HPS yakni pada rentang 5-15% tergantung jenis virus yang menginfeksi, yakni 5-15% pada seseorang yang terinfeksi tipe virus Hantaan dan di bawah 1% pada seseorang yang terinfeksi tipe virus Puumala.
Pencegahan terhadap Hantavirus dilakukan utamanya melalui pengendalian rodensia serta mencegah kontak dengan urin, tinja, air liur, dan tempat bersarang rodensia. Upaya mencegah kontak dengan urin, tinja, dan air liur rodensia dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Sampai saat ini belum tersedia vaksin untuk mencegah terpapar Hantavirus. Untuk mencegah terpapar Hantavirus, Anda dapat menerapkan upaya pengendalian rodensia dan pencegahan kontak dengan urin, tinja, dan air liur rodensia.
Penyakit Hantavirus merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh virus dalam kelompok genus Hantavirus serta ditularkan melalui rodensia seperti tikus dan mencit. Hingga saat ini, Hantavirus sudah tersebar pada berbagai negara di dunia termasuk di Indonesia. Persebaran Hantavirus di Indonesia, baik pada hewan ataupun manusia belum banyak diketahui, meskipun sudah ada laporan kasus.
Update: 3 Oktober 2022. FAQ ini akan diupdate sesuai dengan perkembangan situasi dan dapat diunduh pada link berikut
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Virus Hanta di Indonesia dapat diakses pada link berikut!
KEMENTERIAN
KESEHATAN RI
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Direktorat Surveilans dan Kekarantinaan Kesehatan
Tim Kerja
Penyakit Infeksi Emerging
Gedung Adhyatma
Lantai 6
Jl. H.R. Rasuna Said Blok X.5 Kav. 4-9, Kota Jakarta Selatan, DKI Jakarta 12950
Berlangganan
Jangan Lewatkan Berita terbaru Media informasi penyakit infeksi emerging
Korespondensi :
infeksiemerging@kemkes.go.id