Demam Rift Valley merupakan demam berdarah virus akut yang paling sering menginfeksi hewan peliharaan di Afrika sub-Sahara, seperti sapi, kerbau, domba, kambing, dan unta dan dapat menyebabkan penyakit pada manusia. Penyakit ini disebabkan oleh Virus Rift Valley Fever (RVFV), anggota genus Phlebovirus dengan ordo Bunyavirale. Beberapa virus Bunyavirales terkait juga dapat menyebabkan penyakit pada manusia, seperti penyakit virus hanta dan penyakit demam berdarah Krimea-Kongo/Crimean Congo Hemorragic Fever (CCHF)
Demam Rift Valley dilaporkan banyak menyerang pada hewan peliharaan di Afrika sub-Sahara. Hingga saat ini, Demam Rift Valley bersifat endemis di banyak negara Afrika sub-Sahara (termasuk Madagaskar). Selain Afrika sub-Sahara, wabah besar telah dilaporkan di Mesir, Semenanjung Arab (Barat Daya), dan di beberapa negara di Samudra Hindia
Sampai saat ini belum pernah dilaporkan kasus konfirmasi penyakit Demam Rift Valley di Indonesia
Umumnya, kasus demam Rift Valley tidak bergejala atau bergejala ringan yang meliputi demam, lemas, nyeri punggung, dan pusing pada awal penyakit. Biasanya, pasien pulih dalam 2 hari hingga satu minggu setelah gejala muncul. Sebagian kecil (8-10%) orang yang terinfeksi RVFV mengalami gejala yang jauh lebih parah, seperti penyakit mata, ensefalitis atau radang otak, dan demam berdarah
Hewan utama yang menularkan virus Rift Valley Fever kepada manusia adalah hewan ternak seperti sapi, domba, kambing, kerbau, dan unta. Orang juga bisa terinfeksi demam Rift Valley melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi dan serangga penggigit lainnya. Beberapa spesies nyamuk dapat menyebarkan RVFV, yang paling umum adalah nyamuk Aedes dan Culex , dan ini berbeda-beda di setiap wilayah. Penularan virus RVF oleh lalat hematophagous (penghisap darah) mungkin terjadi
Manusia dapat tertular demam Rift Valley akibat kontak langsung dengan darah, cairan tubuh, atau jaringan hewan yang terinfeksi terutama pada hewan ternak. Beberapa bukti juga menyebutkan bahwa manusia dapat terinfeksi demam Rift Valley akibat mengkonsumsi susu yang tidak dipasteurisasi dari hewan yang terinfeksi. Selain itu, penularan demam Rift Valley juga dapat disebabkan oleh gigitan nyamuk yang terinfeksi.
Sampai saat ini, tidak ada bukti secara epidemiologi yang mendukung penularan kasus demam Rift Valley dari manusia ke manusia
Demam Rift Valley dapat menyebabkan penyakit yang cukup parah pada hewan peliharaan seperti kerbau, unta, sapi, kambing, dan domba. Tingkat keparahan yang terjadi pada hewan yang rentan dapat bervariasi dan ditandai dengan demam, lemas, anoreksia, keguguran, tidak mau bergerak, serta tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada hewan yang baru lahir.
Demam Rift Valley memiliki masa inkubasi selama 2-6 hari. Dari temuan kasus demam Rift Valley pada manusia paling umum tidak bergejala atau mengalami gejala ringan seperti demam, kelemahan, nyeri punggung, dan pusing. Biasanya, penderita penyakit demam Rift Valley akan pulih dalam waktu 2 hari hingga 1 minggu setelah gejala muncul.
Mereka yang terinfeksi namun tidak bergejala dapat dideteksi dengan sindrom demam dengan gejala mendadak seperti flu, nyeri otot, nyeri sendi, dan sakit kepala. Namun, tidak sedikit yang mengalami gejala klinis derajat berat. Berikut ini adalah gambaran klinis pada kasus derajat berat demam Rift Valley pada manusia:
· Bentuk okular: dalam bentuk penyakit ini, gejala disertai dengan lesi retina. Timbulnya lesi di mata biasanya 1-3 minggu setelah munculnya gejala pertama. Pasien biasanya merasa penglihatan kabur atau menurun. Penyakit ini dapat sembuh sendiri tanpa efek yang bertahan lama dalam waktu 10-12 minggu. Namun, bila lesi terjadi di makula, 50% pasien akan mengalami kehilangan penglihatan permanen.
· Bentuk meningoensefalitis: Timbulnya bentuk penyakit meningoensefalitis biasanya terjadi 1-4 minggu setelah gejala pertama muncul. Gambaran klinis termasuk sakit kepala hebat, hilang ingatan, halusinasi, kebingungan, disorientasi, vertigo, kejang, lesu, dan koma. Komplikasi neurologis dapat muncul setelah lebih dari 60 hari. Tingkat kematian pada pasien dengan bentuk meningoensefalitis ini rendah. Meskipun defisit neurologis residual yang parah sering terjadi.
· Bentuk demam berdarah: Gejala ini muncul 2-4 hari setelah timbulnya penyakit, dan dimulai dengan kerusakan hati, seperti penyakit kuning. Selanjutnya tanda-tanda perdarahan kemudian muncul seperti muntah darah, feses berdarah, dan purpura.
Pada kasus yang ringan tidak diperlukan perawatan khusus. Sebagian besar kasus demam demam Rift Valley akan sembuh dalam 2 hari sampai 1 minggu setelah terpapar. Untuk kasus berat, pengobatan utamanya dengan terapi suportif
Sebagian besar kasus demam Rift Valley pada manusia relatif ringan, namun terdapat beberapa pasien menunjukkan derajat berat. Biasanya muncul sebagai 1 atau lebih dari 3 bentuk gejala/sindrom berbeda, yaitu: okular (mata) (0,5-2% pasien), meningoensefalitis (<1% pasien), atau demam berdarah (<1% pasien)
Demam Rift Valley dapat berisiko terhadap seseorang yang bekerja sebagai pemotong atau menangani daging mentah hewan yang terinfeksi, seperti penggembala, peternak, pekerja potong hewan, dokter hewan, dan seseorang yang bekerja pada produk hewan. Petugas laboratorium juga memiliki risiko untuk terkenanya demam Rift Valley karena dapat terpapar melalui darah atau jaringan hewan yang terinfeksi saat melakukan pemeriksaan laboratorium
· Pencegahan pada Hewan
Wabah demam Rift Valley pada hewan dapat dicegah dengan vaksinasi. Hanya diperlukan 1 dosis vaksin untuk memberikan kekebalan jangka panjang, namun vaksin ini dapat mengakibatkan keguguran spontan jika diberikan pada hewan yang sedang hamil. Selain itu, dapat dilakukan dengan membatasi atau melarang pergerakan ternak dari daerah yang terinfeksi ke daerah yang tidak terinfeksi.
· Pencegahan pada Manusia
Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah penularan demam Rift Valley bagi seseorang yang tinggal atau mengunjungi daerah terjangkit, diantaranya adalah: Menghindari kontak dengan darah, cairan tubuh, atau jaringan hewan yang terinfeksi. 1. Seseorang yang bekerja dengan hewan di daerah endemik demam Rift Valley harus memakai APD (sarung tangan, sepatu bot, baju lengan panjang, dan pelindung wajah) untuk menghindari paparan darah atau jaringan hewan yang berpotensi teinfeksi. 2. Melindungi diri dari nyamuk dan serangga penghisap darah lainnya dengan menggunakan baju lengan panjang dan celana panjang.
Terdapat vaksin dalam pencegahan penularan demam Rift Valley, yaitu vaksin konvensial, yang termasuk ke dalam vaksin yang dilemahkan. Vaksin ini telah digunakan secara luas dalam mengendalikan demam Rift Valley, tetapi vaksin ini tidak dapat membedakan yang terinfeksi dari hewan yang divaksinasi
Update 11 Maret 2025. FAQ ini akan diupdate sesuai dengan perkembangan situasi.
KEMENTERIAN
KESEHATAN RI
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Direktorat Surveilans dan Kekarantinaan Kesehatan
Tim Kerja
Penyakit Infeksi Emerging
Gedung Adhyatma
Lantai 6
Jl. H.R. Rasuna Said Blok X.5 Kav. 4-9, Kota Jakarta Selatan, DKI Jakarta 12950
Berlangganan
Jangan Lewatkan Berita terbaru Media informasi penyakit infeksi emerging
Korespondensi :
[email protected]