Mpox

12 Mar 2025 | Admin Infem

Selayang Pandang

Mpox (yang sebelumnya dikenal dengan nama Monkeypox atau cacar monyet) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh virus monkeypox (MPXV) dalam anggota genus Orthopoxvirus keluarga Poxviridae. Penyakit ini menular melalui kontak dekat dengan penderita Mpox, terutama pada kontak seksual. Penularan ini melalui paparan cairan tubuh, lesi kulit, droplet, dan benda yang terkontaminasi oleh virus ini. Mpox dapat menyebabkan gejala khas yaitu ruam yang menyakitkan serta pembengkakan kelenjar getah bening, demam, sakit kepala, nyeri otot, nyeri punggung, dan kelelahan. Sejak wabah pada Mei 2022, Mpox telah menyebar secara global dengan banyak kasus yang dilaporkan dari negara-negara yang sebelumnya tidak pernah melaporkan kasus Mpox. 

Penyakit infeksi Mpok ini memiliki beberapa clade (varian), yaitu Clade Ia, Clade Ib, dan Clade IIb. Clade Ia dan Clade Ib memiliki manifestasi klinis lebih berat daripada Clade IIb. Kasus-kasus Clade Ib dan Clade IIb sebagian besar tertular melalui kontak seksual, sedangkan sebagian besar Clade Ia menyebar melalui zoonosis (kontak dengan hewan terinfeksi).

 

Sejarah Perkembangan

No. Tahun Perkembangan
1. 1958 Virus monkeypox pertama kali ditemukan melalui penelitian di Denmark yang terjadi koloni kera yang dipelihara untuk penelitian sehingga penyakit ini disebut dengan Cacar Monyet atau Monkeypox
2. 1970 Kasus Mpox pertama yang dilaporkan pada manusia adalah pada seorang anak laki-laki berusia sembilan bulan di Republik Demokratik Kongo (DRC). 
3. 1980 Setelah pemberantasan cacar dan berakhirnya vaksinasi cacar di seluruh dunia, Mpox terus muncul di Afrika bagian tengah, timur, dan barat. Sejak saat itu, Mpox telah dilaporkan secara sporadis di Afrika bagian tengah dan timur (clade I) dan Afrika bagian barat (clade II).
4. Mei 2022 Mpox menjadi perhatian global karena dilaporkan pada negara non Afrika tanpa adanya riwayat perjalanan dari negara Afrika. 
5. 23 Juli 2022 WHO menetapkan mpox sebagai Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) karena adanya peningkatan kasus di berbagai negara yang disebabkan oleh clade IIb
6. 28 November 2023 WHO mengumumkan pergantian nama penyakit yang semula Monkeypox menjadi mpox. Perubahan tersebut dilandaskan untuk menghindari rasisme dan stigmatisasi
7. 11 Mei 2023 WHO mencabut status PHEIC Mpox karena kasus yang sudah terkendali
8. 14 Agustus 2024 WHO kembali menetapkan mpox sebagai PHEIC hingga saat ini yang disebabkan karena peningkatan kasus di RD Kongo dan negara sekitarnya yang disebabkan oleh clade 1b

 

Situasi di Indonesia

Kasus Mpox di Indonesia pertama kali dilaporkan pada 20 Agustus 2022 sebanyak 1 kasus importasi. Kemudian pada 13 Oktober 2023, Indonesia kembali melaporkan kasus mpox. Hingga saat ini telah dilaporkan sebanyak 88 kasus konfirmasi yang tersebar di DK Jakarta, Jawa Barat, Banten, DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan Kep. Riau. Kasus terakhir dilaporkan pada 4 Juni 2024. Hingga saat ini, seluruh kasus konfirmasi sudah dinyatakan sembuh.

 

Situasi Global

Sejak tahun 2022 hingga Februari 2025, kasus mpox telah dilaporkan pada 131 negara di dunia dengan 5 negara pelapor kasus kumulatif terbanyak yakni Amerika Serikat, RD Kongo, Brasil, Spanyol, dan Perancis. Khusus clade 1b, sejak tahun 2024- Februari 2025 telah dilaporkan pada 23 negara di dunia (termasuk negara di luar Afrika) dengan sebaran terbanyak di RD Kongo, Burundi, dan Uganda.

 

Gejala, Tanda, dan Masa Inkubasi

Mpox dapat menyebabkan gejala ringan yang biasanya berlangsung 2-4 minggu dan biasanya dapat sembuh dengan sendirinya tetapi dapat berlangsung lebih lama dan berat pada seseorang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, termasuk seseorang yang memiliki penyakit penyerta atau komplikasi, ibu hamil, dan anak-anak. 

Gejala Mpox yang biasanya timbul adalah ruam, demam, sakit tenggorokan, sakit kepala, nyeri otot, sakit punggung, lemah, letih, lesu, dan pembengkakan kelenjar getah bening. Bagi sebagian orang, gejala pertama yang timbul adalah ruam, sementara yang lain mungkin mengalami demam, nyeri otot, atau sakit tenggorokan terlebih dahulu. Ruam biasanya dimulai dalam satu sampai tiga hari sejak demam. Ruam atau lesi pada kulit ini berkembang mulai dari bintik merah seperti cacar, lepuh berisi cairan bening, lepuh berisi nanah, kemudian mengeras atau keropeng kemudian rontok. Jumlah lesi pada satu orang dapat berkisar dari beberapa saja hingga ribuan. Ruam cenderung terkonsentrasi pada wajah, telapak tangan dan telapak kaki. Ruam juga dapat ditemukan di mulut, alat kelamin, dan mata. Ruam Mpox terkadang disalahartikan sebagai sifilis atau herpes.

 

Apakah perbedaan antara mpox dan cacar air (varicella)?

Pada pasien mpox, umumnya ditemukan limfadenopati atau pembengkakan kelenjar getah bening, ruam tampak khas, dan tidak selalu menyebar pada seluruh tubuh. Sementara varicella, umumnya terjadi pada anak-anak.

 

Transmisi (Cara Penularan)

Mpox dapat menyebar saat seseorang kontak langsung kulit ke kulit atau percikan ludah dari orang yang terinfeksi termasuk saat berhubungan seksual. Orang yang berhubungan seks dengan banyak pasangan dan berganti-ganti, berisiko tinggi tertular mpox. Kelompok risiko utama adalah laki-laki yang melakukan seks dengan sesama jenis.

 

Penegakan Diagnosis

Mpox dapat sulit diidentifikasi dan didiagnosis karena gejala dan tanda dengan infeksi lain bisa tampak serupa. Oleh karena itu, pengujian laboratorium sangat penting bagi seseorang untuk bisa mendapatkan perawatan sedini mungkin dan mencegah penyakit parah serta penyebaran lebih lanjut.

Uji laboratorium yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis Mpox adalah uji DNA dengan Polymerase Chain Reaction (PCR). Spesimen diambil dari ruam kulit, cairan, atau kerak yang dikumpulkan dengan usapan. Pengujian darah tidak direkomendasikan. Secara klinis, diagnosis banding Mpox dapat mempertimbangkan penyakit dengan ruam lainnya, seperti smallpox (meskipun sudah dieradikasi), cacar air (varicella/chickenpox), campak, infeksi kulit akibat bakteri, kudis, sifilis, dan alergi terkait obat tertentu.

 

Pengobatan dan Tata Laksana Kasus

Untuk saat ini belum ada pengobatan yang spesifik untuk infeksi MPXV. Pengobatan masih berfokus pada gejala dan antivirus masih dalam pengembangan.

Seseorang yang terinfeksi Mpox harus mengikuti saran dari fasilitas layanan kesehatan. Mpox dapat sembuh dan gejala dapat hilang dengan sendirinya. Penting bagi siapa pun yang terinfeksi Mpox untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Orang yang mengisolasi diri harus menjaga kesehatan mentalnya dengan melakukan hal-hal yang mereka anggap santai dan menyenangkan, tetap terhubung dengan orang yang dicintai menggunakan teknologi, berolahraga jika mereka merasa cukup sehat dan meminta dukungan kesehatan mental dari fasyankes setempat jika diperlukan.

Mereka harus menghindari menggaruk kulit mereka dan merawat ruam mereka dengan membersihkan tangan mereka sebelum dan sesudah menyentuh lesi dan menjaga kulit tetap kering dan terbuka (kecuali jika mereka mau tidak mau berada di ruangan dengan orang lain, dalam hal ini mereka harus menutupinya dengan pakaian atau perban sampai mereka dapat mengisolasi lagi). Ruam dapat dijaga kebersihannya dengan air steril atau antiseptik. 

 

Penilaian risiko penyebaran di Indonesia

Penilaian risiko penyebaran Mpox di Indonesia yaitu kemungkinan dari pertambahan kasus Mpox clade II di komunitas HIV dan LSL di Indonesia dalam enam bulan ke depan adalah besar, sedangkan di komunitas umum dinilai kecil. 

 

Pencegahan 

Vaksinasi mpox saat ini masih menjadi pelengkap dalam penanggulangan lainnya (karantina dan isolasi). Vaksinasi mpox diprioritaskan pada petugas kesehatan dan populasi kunci serta ketersediaannya masih terbatas di dunia (termasuk Indonesia).

Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah penularan Mpox:

• Praktikkan seks yang aman, yaitu menghindari berhubungan seks dengan banyak pasangan

   dan berganti-ganti

• Jika mengalami gejala mpox seperti muncul ruam bernanah, atau keropeng di kulit:

o Segera periksakan diri ke Puskesmas, klinik, atau rumah sakit

o Jangan melakukan kegiatan di luar rumah dan hindari kerumunan