Frequently Asked Questions (FAQ) EBOLA

07 Mar 2025 | Admin Infem
Apa itu Penyakit Virus Ebola?

Penyakit Virus Ebola (PVE) yang kerap dikenal dengan Ebola Virus Disease (EVD) atau Ebola Haemorrhagic Fever (EHF) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Ebola (termasuk dalam famili filovirus). Hingga saat ini, dari enam genus virus Ebola penyebab PVE, baru dilaporkan empat genus yang mengakibatkan PVE pada manusia, yakni Zaire ebolavirus, Sudan ebolavirus, Tai Forest ebolavirus, dan Bundibugyo ebolavirus.

Bagaimana sejarah Virus Ebola (PVE/EVD)?

Virus Ebola pertama kali muncul tahun 1976 di sebuah desa dekat Sungai Ebola di Republik Demokratik Kongo (dulu Zaire). Sejak pertama terdeteksi, beberapa wabah Ebola telah terjadi di berbagai belahan wilayah Afrika. Wabah EVD pertama terjadi di desa-desa terpencil dekat hutan hujan tropis di Afrika Tengah. Pada tahun 2014–2016 di Afrika Barat terjadi wabah Ebola terbesar dan paling kompleks sejak virus tersebut pertama kali ditemukan. Wabah ini memiliki lebih banyak kasus dan kematian daripada semua wabah lainnya. Dimulai di Guinea, wabah ini menyebar ke Sierra Leone dan Liberia melalui perbatasan darat.

Apakah penyakit Virus Ebola (PVE/EVD) merupakan penyakit baru?

Tidak, virus Ebola pertama kali diidentifikasi pada tahun 1976 di dua tempat secara bersamaan yakni di Yambuku (sebuah desa yang terletak tidak jauh dari Sungai Ebola, Republik Demokratik Kongo) dan Nzara, Sudan Selatan. PVE pernah menimbulkan beberapa kejadian wabah dan wabah di Afrika bagian Barat dengan kasus pertama pada Maret 2014 merupakan wabah terbesar dan paling kompleks sejak pertama kali diidentifikasi. Negara yang mengalami dampak terparah dari wabah saat itu ialah Guinea, Liberia, dan Sierra Leone.

WHO pernah menyatakan PVE sebagai Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) atau Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMMD) akibat timbulnya wabah PVE di Republik Demokratik Kongo pada 17 Juni 2019 namun telah dideklarasikan berakhir pada 26 Juni 2020.

Bagaimana seseorang dapat tertular penyakit Virus Ebola (PVE/EVD)?

Virus Ebola dapat menular melalui darah dan cairan tubuh lainnya (termasuk urin, saliva/air liur, keringat, feses/tinja, bekas muntahan, ASI, dan cairan semen/sperma) dari manusia baik masih hidup atau sudah meninggal yang terinfeksi virus Ebola. Virus Ebola dapat masuk melalui kulit yang terluka atau membran mukosa yang tidak terlindungi seperti mata, hidung, dan mulut.

Selain itu, virus ini juga dapat menyebar melalui alat-alat seperti pakaian, tempat tidur dan perlengkapannya, jarum suntik, infus, serta alat medis yang telah terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh dari seseorang yang terinfeksi virus Ebola.

Siapa saja yang berisiko terkena penyakit Virus Ebola (PVE/EVD)?

Kelompok yang berisiko tertular virus Ebola adalah keluarga, teman, rekan kerja, dan petugas medis yang merawat pasien yang terkena PVE. Virus ini juga dapat tersebar dengan cepat di rumah sakit.

Selain itu, seseorang dengan riwayat perjalanan atau berkegiatan di daerah/negara terjangkit, seseorang yang tidak divaksin saat bepergian ke daerah endemis, dan tenaga kesehatan yang tidak menerapkan pencegahan dan pengendalian infeksi virus Ebola saat penanganan kasus PVE juga memiliki risiko tertular virus Ebola.

Apa saja gejala dan tanda penyakit Virus Ebola (PVE/EVD)?

Seseorang yang tertular virus Ebola mula-mula akan mengalami demam yang tiba-tiba, sakit kepala, nyeri sendi dan otot, lemah, diare, muntah, sakit perut, kurang nafsu makan, dan perdarahan yang tidak biasa. Dalam beberapa kasus, perdarahan dalam dan luar dapat terjadi 5-7 hari setelah gejala pertama terjadi.

Semua orang yang terinfeksi virus Ebola akan mengalami kesulitan pembekuan darah. Pada 40-50% kasus terjadi perdarahan dari selaput mulut, hidung, tenggorokan, dan dari bekas lubang suntikan. Hal tersebut mengakibatkan seseorang yang terkena PVE akan mengalami muntah darah, batuk darah, dan berak darah.

Bagaimana cara mendiagnosis penyakit Virus Ebola (PVE/EVD)?

Diagnosis PVE dapat dilakukan melalui pemeriksaan laboratorium yang meliputi antibody-capture enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA), tes deteksi antigen-capture, serum neutralization, reverse-trancriptase polymerase chain reaction (RT-PCR), electron microcopy, dan isolasi virus dengan kultur sel.

Berapa lama waktu seseorang dapat timbul gejala setelah terpapar Virus Ebola (PVE/EVD)?

Waktu timbulnya gejala (masa inkubasi) bersifat variatif atau berbeda pada setiap orang. Umumnya seseorang akan timbul gejala 2-21 hari setelah terpapar virus Ebola.

Apakah saya bisa tertular penyakit Virus Ebola (PVE/EVD) melalui hewan?

Hewan bisa menjadi pembawa virus karena virus Ebola mampu memperbanyak diri di hampir semua sel inang, khususnya kelelawar seperti codot dan kalong yang termasuk jenis kelelawar besar.

Temuan di Afrika menyatakan bahwa sebagian besar jenis hewan ini membawa berbagai virus, termasuk virus Ebola, di dalam tubuhnya. Namun tidak seperti manusia, kelelawan kebal terhadap infeksi virus Ebola. Potensi penularan dari hewan kepada manusia dapat terjadi melalui daging kelelawar pembawa virus yang dijadikan bahan makanan manusia. Diperkirakan bahwa kelelawar buah dari famili Pteropodidae merupakan inang alami virus Ebola.

Apakah terdapat faktor risiko yang mempengaruhi penularan penyakit Virus Ebola (PVE/EVD)?

Beberapa faktor risiko yang memepengaruhi penularan penyakit virus ebola:

·       Riwayat perjalanan dari daerah / negara terjangkit

·       Kegiatan selama berada di daerah/ negara terjangkit

·       Ada tidaknya tanda dan gejala PVE.

·       Tidak diberikan vaksin saat berpergian ke daerah endemis.

·       Tidak menerapkan pencegahan dan pengendalian infeksi saat penangan kasus penyakit virus ebola bagi tenaga kesehatan.

Jika saya mengalami gejala berkaitan dengan penyakit Virus Ebola (PVE/EVD), hal apa yang harus saya lakukan?

Seseorang yang menunjukkan gejala Ebola harus segera mendapatkan perawatan medis karena perawatan dini meningkatkan kemungkinan bertahan hidup. Pemberian cairan oral atau intravena serta obat-obatan yang diberikan di rumah sakit adalah bagian dari perawatannya.

Merawat penderita Ebola di rumah tidak aman karena mereka dapat menularkan penyakit mereka kepada orang lain. Di rumah, mereka tidak akan mendapatkan perawatan yang sama seperti yang diberikan oleh profesional.

Jika saya terdiagnosis terkena penyakit Virus Ebola (PVE/EVD), pengobatan apa yang harus saya lakukan?

Seseorang yang terkonfirmasi PVE dapat dilakukan terapi suportif dan pengobatan terhadap gejala spesifik. Pengobatan untuk PVE telah dikembangkan dan diuji sewaktu kejadian wabah PVE di Republik Demokratik Kongo pada 2018-2020.

Dua monoklonal antibodi (Inmazeb dan Ebanga) telah disetujui oleh US Food and Drug Administration pada akhir 2020 sebagai pengobatan terhadap infeksi strain Zaire ebolavirus pada dewasa dan anak.

Apakah terdapat kemungkinan seseorang meninggal akibat penyakit Virus Ebola (PVE/EVD)?

Penderita Ebola berisiko tinggi meninggal, bahkan hingga 90% jika tidak diobati. Tingkat kematian kasus rata-rata adalah sekitar 50%, dan pada wabah sebelumnya, tingkat kematian kasus bervariasi dari 25 hingga 90 persen, tergantung pada keadaan dan respons.

Bagaimana cara mencegah keterpaparan dari penyakit Virus Ebola (PVE/EVD)?

Pencegahan terhadap paparan virus Ebola dilakukan utamanya melalui upaya menghindari kontak langsung dengan penderita maupun jenazah penderita PVE. Selain itu dapat dilakukan upaya pencegahan sebagai berikut:

·    Menggunakan alat pelindung diri lengkap sesuai SOP

·    Mencuci tangan sesuai prosedur sebelum melakukan tindakan medis, sesudah kontak dengan bahan infeksius, dan setelah kontak dengan lingkungan pasien.

· Melakukan vaksinasi bila hendak bepergian ke daerah/negara terjangkit PVE

·    Melakukan tatalaksana penanganan sampel cairan dan jaringan tubuh penderita PVE dengan sangat hati-hati dan sesuai dengan pencegahan dan pengendalian penyakit infeksi.

 

Apakah sudah ada vaksin untuk mencegah penyakit Virus Ebola (PVE/EVD)?

Sampai saat ini, telah dikembangkan vaksinasi dengan nama "Ervebo vaccine" yang sudah teruji efektif dalam melindungi masyarakat terhadap strain Zaire ebolavirus.

Bagaimana penyebaran Virus Ebola (PVE/EVD) di dunia?

Sejak tahun 2014 hingga saat ini, telah dilaporkan sebanyak 32.486 kasus PVE dengan 13.812 kematian (CFR: 42,52%) yang tersebar pada berbagai negara di dunia baik di wilayah Afrika, Amerika, maupun Eropa. Lima negara dengan pelaporan tertinggi kasus PVE sejak tahun 2014 adalah Sierra Leone (14.124 kasus), Liberia (10.678 kasus), Guinea (3.837 kasus), Republik Demokratik Kongo (3.758 kasus), dan Uganda (52 kasus).

Saat ini, wabah PVE sedang terjadi di negara Uganda sejak deklarasi resmi oleh otoritas kesehatan Uganda pada 20 September 2022. Wabah PVE ini disebabkan oleh Sudan ebolavirus dan terhitung hingga 28 September 2022, telah dilaporkan sebanyak 49 kasus PVE (31 kasus konfirmasi dan 18 kasus probable) dengan 24 kematian (6 kasus konfirmasi dan 18 kasus probable) [CFR di antara kasus konfirmasi: 19,4%].

Pada wabah PVE di Uganda ini, WHO menilai risiko penyebaran PVE tergolong tinggi pada tingkat nasional karena belum adanya vaksinasi yang teruji efektif terhadap Sudan ebolavirus, investigasi aasal mula kasus yang masih berjalan, serta kasus terkonfirmasi PVE yang meninggal dimakamkan secara tradisional dan melibatkan orang dalam jumlah besar. Namun WHO menilai risiko rendah pada tingkat regional dan global.

Bagaimana situasi Virus Ebola (PVE/EVD) di Indonesia?

Hingga saat ini, belum pernah dilaporkan kasus konfirmasi PVE di Indonesia dan di negara sekitar Indonesia sehingga risiko Indonesia sebagai episenter pandemi PVE rendah. Selain itu, risiko importasi PVE rendah bagi Indonesia, karena meskipun mobilitas ke negara terjangkit tinggi, episenter atau daerah yang dilaporkan adanya kasus PVE di negara terjangkit termasuk daerah terpencil dan sulit dijangkau.

Update 7 Maret 2025. FAQ ini akan diupdate sesuai dengan perkembangan situasi.