Demam Lassa merupakan penyakit zoonosis, yang berarti bahwa manusia terinfeksi dari kontak dengan hewan yang terinfeksi. Host atau reservoir dari virus Lassa adalah hewan dari genus Mastomys, spesies Mastomys natalensis umumnya dikenal sebagai tikus multimammate. Tikus Mastomys yang terinfeksi dengan virus Lassa tidak menjadi sakit, tetapi mereka dapat menularkan virus dalam urin dan tinja mereka.
Virus penyebab penyakit demam berdarah lassa adalah Lassa Virus (LASV)/ Virus Lassa yang merupakan golongan arbovirus dengan genus arenavirus dan family arenaviridae. Virus ini merupakan jenis virus demam berdarah (Viral Hemorrhagic Fever/VHF) pada primata. Virus lassa merupakan virus RNA yang berantai tunggal dan ditemukan sekitar 30 tahun lalu.
Sekitar 80% dari orang yang terinfeksi virus Lassa tidak menimbulkan gejala. 20% kasus atau satu dari lima orang yang terinfeksi menyebabkan penyakit yang parah, di mana virus mempengaruhi beberapa organ tubuh seperti hati, limpa dan ginjal. Virus lassa dapat menginfeksi hampir setiap jaringan dalam tubuh manusia, dimulai dari mukosa, usus, paru-paru dan sistem urin kemudian berkembang ke sistem vaskular.
Tingkat fatalitas kasus keseluruhan adalah 1%. CFR diamati antara pasien dirawat di rumah sakit dengan kasus yang parah Demam Lassa adalah 15%. Pada kasus yang fatal, kematian biasanya terjadi dalam waktu 14 hari sejak timbulnya penyakit .
Masa inkubasi Demam Lassa berkisar 6-21 hari. Timbulnya penyakit tersebut, biasanya gejalanya bertahap, dimulai dengan demam, kelemahan umum, dan malaise. Setelah beberapa hari, timbul sakit kepala, sakit tenggorokan, nyeri otot, nyeri dada, mual, muntah, diare, batuk, dan juga bisa disertai sakit perut. Dalam kasus yang parah dapat terjadi pembengkakan wajah, terdapat cairan dalam rongga paru-paru, pendarahan dari mulut, hidung, saluran vagina atau pencernaan dan tekanan darah rendah. Pada tahap selanjutnya terdapat adanya protein urin, shock, kejang, tremor, disorientasi, dan koma. Ketulian terjadi pada 25% pasien yang bertahan hidup. Dari sebagian kasus-kasus ini, pendengaran kembali normal setelah 1-3 bulan, rambut rontok sementara dan gangguan cara berjalan mungkin terjadi selama pemulihan.
Kematian biasanya terjadi dalam waktu 14 hari dari onset dalam kasus-kasus yang fatal. Penyakit ini sangat parah di akhir kehamilan, dengan kematian ibu dan/atau kematian janin terjadi lebih dari 80% kasus selama trimester ketiga.
Cara Transmisi (Penularan)
Manusia biasanya terinfeksi virus Lassa dari paparan air seni atau kotoran yang terinfeksi tikus Mastomys. Virus Lassa juga dapat menular antar manusia melalui kontak langsung dengan darah, urine, feses, atau sekresi tubuh lainnya dari orang yang terinfeksi Demam Lassa. Tidak ada bukti secara epidemiologi yang mendukung penyebaran virus Lassa melalui udara antar manusia. Penularan dari orang ke orang terjadi pada pasien yang sedang dalam perawatan kesehatan, di mana virus dapat menyebar melalui peralatan medis yang terkontaminasi, seperti jarum suntik yang digunakan kembali.
Penularan virus Lassa telah dilaporkan terjadi pada semua kelompok umur dan jenis kelamin. Orang yang paling berisiko adalah mereka yang tinggal di daerah pedesaan di mana Mastomys biasanya ditemukan, khususnya pada masyarakat dengan sanitasi yang buruk atau kondisi pemukiman yang padat. Petugas kesehatan berisiko jika merawat pasien Demam Lassa tanpa menggunakan alat pelindung diri.
Gejala klinik Demam Lassa sangat bervariasi dan tidak spesifik, sehingga sulit untuk didiagnosis, terutama di awal perjalanan penyakit. Demam Lassa sulit dibedakan dari demam virus lainnya seperti penyakit virus Ebola serta penyakit lain yang menyebabkan demam, termasuk malaria, shigellosis, demam tifoid dan demam kuning.
Diagnosis demam Lassa harus dipertimbangkan pada pasien yang kembali dari Afrika Barat, terutama jika mereka memiliki eksposur di daerah pedesaan atau rumah sakit di negara-negara di mana Demam Lassa diketahui endemik.
Diagnosis pasti membutuhkan pengujian yang hanya tersedia di laboratorium rujukan. Spesimen laboratorium mungkin berbahaya dan harus ditangani dengan sangat hati-hati. Infeksi virus Lassa hanya dapat didiagnosis secara definitif di laboratorium menggunakan tes berikut:
Afrika Barat merupakan daerah endemik Lassa Fever atau Demam Lassa dan pertama kali ditemukan pada tahun 1969 setelah dua perawat misionaris meninggal setelah tertular dengan virus Lassa di Nigeria. Demam Lassa dikenal endemik di Benin (diagnosis untuk pertama kalinya pada November 2014), Ghana (diagnosis untuk pertama kalinya pada bulan Oktober 2011), Guinea, Liberia, Mali (didiagnosis untuk pertama kalinya pada bulan Februari 2009), Nigeria 1959 dan Sierra Leone 1970, tapi mungkin ada di negara-negara Afrika Barat lainnya juga.
Obat antivirus ribavirin tampaknya menjadi pengobatan yang efektif untuk Demam Lassa jika diberikan pada awal perjalanan penyakit klinis. Tidak ada bukti untuk mendukung peran ribavirin sebagai pasca-paparan pengobatan profilaksis untuk Demam Lassa.
Saat ini belum ada vaksin yang dapat mencegah penularan Demam Lassa.
Individu yang berisiko terinfeksi virus Lassa adalah mereka yang tinggal atau mengunjungi daerah endemik, termasuk Sierra Leone, Liberia, Guinea, dan Nigeria dan yang tereksposur tikus multimammate. Risiko pemaparan mungkin juga terjadi di Negara Afrika Barat lainnya dimana Mastomys berada.
Anggota keluarga dan petugas layanan kesehatan harus selalu berhati-hati untuk menghindari kontak dengan darah dan cairan tubuh ketika merawat orang sakit. Gunakan alat pelindung diri untuk mencegah penularan virus Lassa seperti masker, sarung tangan, gaun, dan perisai wajah. Pasien yang diduga Demam Lassa harus dirawat di ruangan khusus “tindakan isolasi,” sedangkan peralatan medis harus rutine disterilkan untuk mencegah kontaminasi.
Petugas laboratorium juga berisiko, untuk menghindari penularan, sampel yang diambil dari manusia dan hewan untuk penyelidikan infeksi virus Lassa harus ditangani oleh staf terlatih dan diproses di laboratorium yang dilengkapi dengan penanganan biologis maksimum.
Apa itu Demam Lassa?
Demam Lassa adalah penyakit hemoragik yang disebabkan oleh infeksi virus Lassa (LASV), merupakan virus RNA yang berantai tunggal, golongan arbovirus, genus Arenavirus dan family Arenaviridae. Virus ini berkembangbiak pada tikus Mastomys, spesies Mastomys Natalensis, umumnya dikenal sebagai tikus multimammate.
Bagaimana Gejala Demam Lassa?
Tanda dan gejala Demam Lassa biasanya muncul 1-3 minggu setelah terpapar virus. Sekitar 80% infeksi Demam Lassa akan menyebabkan gejala ringan dan seringkali tidak terdiagnosis. Gejala ini adalah demam ringan, sakit kepala dan malaise. Gejala berat terjadi diantara 20% orang yang terinfeksi seperti terjadi pembengkakan wajah, terdapat cairan dalam rongga paru-paru, pendarahan dari mulut, hidung, saluran vagina atau pencernaan dan tekanan darah rendah. Pada tahap selanjutnya terdapat adanya protein urin, shock, kejang, tremor, disorientasi, dan koma.
Bagaimana orang bisa tertular demam Lassa?
Manusia biasanya terinfeksi virus Lassa dari paparan air seni atau kotoran yang terinfeksi tikus Mastomys. Virus Lassa juga dapat menular antar manusia melalui kontak langsung dengan darah, urine, feses, atau sekresi tubuh lainnya dari orang yang terinfeksi Demam Lassa. Tidak ada bukti secara epidemiologi yang mendukung penyebaran virus Lassa melalui udara antar manusia. Penularan dari orang ke orang terjadi pada pasien yang sedang dalam perawatan kesehatan, di mana virus dapat menyebar melalui peralatan medis yang terkontaminasi, seperti jarum suntik yang digunakan kembali.
Bisakah Penularan Demam Lassa Dari Orang Yang Terinfeksi Tapi Tidak Memiliki Gejala?
Tidak. Orang yang tidak memiliki gejala tidak menular.
Bagaimana Demam Lassa mempengaruhi hewan?
Tikus Mastomys yang terinfeksi tidak mengalami penyakit akibat virus. Mereka terus mengeluarkan virus dari ekskresi untuk waktu yang lama, kemungkinan besar selama seumur hidup mereka.
Berapa Lama Masa Inkubasi Demam Lassa?
Berkisar 6-21 hari. Tingkat fatal kasus Demam Lassa secara keseluruhan sekitar 1-15% pada pasien yang menjalani rawat inap. Kematian biasanya terjadi pada hari ke-14 sejak munculnya gejala. Sekitar lebih dari 80% kasus pada ibu hamil, menyebabkan tingkat kematian ibu dan janin pada usia kehamilan akhir (trimester ketiga kehamilan).
Bagaimana Diagnosis Demam Lassa?
Gejala klinik Demam Lassa sangat bervariasi dan tidak spesifik, sehingga sulit untuk didiagnosis, terutama di awal perjalanan penyakit. Demam Lassa sulit dibedakan dari demam virus lainnya seperti penyakit virus Ebola serta penyakit lain yang menyebabkan demam, termasuk malaria, shigellosis, demam tifoid dan demam kuning. Diagnosis pasti membutuhkan pengujian yang hanya tersedia di laboratorium rujukan. Infeksi virus Lassa hanya dapat didiagnosis secara definitif di laboratorium menggunakan tes berikut:
- Reverse transcriptase polymerase chain reaction (RT-PCR) assay
- Antibodi enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA)
- Tes deteksi antigen
- isolasi virus dengan kultur sel.
Dimana Area Terjangkit Demam Lassa?
Daerah endemis Demam Lassa adalah Sierra Leone, Liberia, Guinea, dan Nigeria dan yang tereksposur tikus Mastomys. Risiko pemaparan mungkin juga terjadi di Negara Afrika Barat lainnya dimana tikus Mastomys berada. Daerah di Nigeria yang telah melaporkan kasus konfirmasi demam lassa adalah Edo, Ondo, Bauchi, Nasarawa, Ebonyi, Anambra, Benue, Kogi, Imo, Plateau, Lagos, Taraba, Delta, Osun, Rivers, FCT, Gombe, Ekiti, Kaduna, Abia and Adamawa.
Bagaimana Informasi Kelompok Risti Dan Petugas Kesehatan Tentang Penyakit Demam Lassa?
Anggota keluarga dan petugas layanan kesehatan harus selalu berhati-hati untuk menghindari kontak dengan darah dan cairan tubuh ketika merawat orang sakit. Gunakan alat pelindung diri untuk mencegah penularan virus Lassa seperti masker, sarung tangan, gaun, dan perisai wajah. Pasien yang diduga Demam Lassa harus dirawat di ruangan khusus “tindakan isolasi,” sedangkan peralatan medis harus rutine disterilkan untuk mencegah kontaminasi.
Bagaimana Informasi Bagi Petugas Laboratorium?
Petugas laboratorium juga berisiko, untuk menghindari penularan, sampel yang diambil dari manusia dan hewan untuk penyelidikan infeksi virus Lassa harus ditangani oleh staf terlatih dan diproses di laboratorium yang dilengkapi dengan penanganan biologis maksimum.
Bagaimana Faktor Risiko Demam Lassa?
Infeksi Demam Lassa bisa terjadi kepada siapa saja, baik pria maupun wanita. Demam Lassa juga bisa menyerang semua kelompok umur, namun ada beberapa faktor risiko yang menyebabkan orang lebih rentan, antara lain: a. Penduduk di daerah pedesaan, dimana keberadan tikus mastomys lebih banyak; b. Penduduk di daerah pedesaan yang sanitasinya buruk; c. Manusia yang terpapar kotoran (urine atau feses) dari tikus mastomys yang terinfeksi; d. Penyebaran manusia ke manusia melalui kontak langsung dengan penderita Demam Lassa melalui kotoran (urine, feces), darah atau cairan tubuh lainnya. Selain itu dapat melalui alat medis yang terkontaminasi.
Bagaimana Pencegahan Demam Lassa?
Pencegahan demam Lassa bergantung bagaimana menghindari paparan tikus atau lingkungan dimana tikus berada. Menjaga rumah dan tempat-tempat umum tetap bersih, sanitasi yang memadai dan pembuangan sampah, menjaga makanan dalam wadah tertutup, memasang perangkap dan memasang racun tikus pada tempat yang yang tepat merupakan sarana penting untuk menjaga lingkungan bebas dari tikus. Transmisi nosokomial dapat dicegah dengan melakukan tindakan pengendalian infeksi yang tepat, termasuk menggunakan pakaian pelindung dan sarung tangan untuk menghindari kontak dengan sekresi pasien.
Apa pengobatan untuk penderita Demam Lassa?
Obat antiviral yang disebut ribavirin telah digunakan dengan beberapa keberhasilan pada pasien Demam Lassa. Orang-orang dengan Demam Lassa akan mendapat perawatan medis seperti cairan, oksigen, transfusi darah, dan apapun Obat-obatan lainnya seperlunya. Pengobatan dini adalah yang terbaik.
Pencegahan Demam Lassa bergantung pada upaya promosi kebersihan kepada masyarakat, tentang bagaiman cara mencegah tikus masuk rumah. Langkah-langkah efektif untuk mencegah gangguan tikus yaitu menyimpan biji-bijian dan bahan makanan lainnya dalam wadah yang kuat dan tahan terhadap gigitan tikus, membuang sampah jauh dari rumah, menjaga rumah tangga bersih dan memelihara kucing.
Di daerah endemis, Mastomys begitu melimpah sehingga tidak mungkin menghilangkan mereka dari lingkungan. Anggota keluarga harus selalu berhati-hati ketika merawat orang sakit guna menghindari kontak dengan darah dan cairan tubuh.
Di fasilitas pelayanan kesehatan, petugas kesehatan harus selalu menerapkan standar pencegahan dan pengendalian infeksi ketika merawat pasien, terlepas dari diagnosis yang ada. Tindakan tersebut termasuk kebersihan tangan, penggunaan alat pelindung diri (untuk memblokir percikan atau kontak lainnya dengan bahan yang terinfeksi), praktik injeksi yang aman dan praktik penguburan yang aman.
Petugas perawatan kesehatan yang merawat pasien yang diduga atau dikonfirmasi Demam Lassa harus menerapkan langkah-langkah pengendalian infeksi ekstra untuk mencegah kontak dengan darah dan cairan tubuh pasien dan permukaan yang terkontaminasi atau bahan seperti pakaian dan selimut. Ketika kontak dekat (dalam 1 meter) dari pasien dengan Demam Lassa, petugas kesehatan harus memakai pelindung wajah (pelindung wajah atau masker medis dan kacamata), pakaian lengan panjang yang bersih, dan sarung tangan (sarung tangan steril untuk beberapa prosedur).
Petugas laboratorium juga berisiko, untuk menghindari penularan, sampel yang diambil dari manusia dan hewan untuk penyelidikan infeksi virus Lassa harus ditangani oleh staf terlatih dan diproses di laboratorium yang dilengkapi dengan penanganan biologis maksimum.
Petugas perawatan kesehatan yang merawat pasien diduga menderita Demam Lassa harus segera menghubungi Dinas Kesehatan setempat dan Kementerian Kesehatan.
KEMENTERIAN
KESEHATAN RI
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Direktorat Surveilans dan Kekarantinaan Kesehatan
Tim Kerja
Penyakit Infeksi Emerging
Gedung Adhyatma
Lantai 6
Jl. H.R. Rasuna Said Blok X.5 Kav. 4-9, Kota Jakarta Selatan, DKI Jakarta 12950
Berlangganan
Jangan Lewatkan Berita terbaru Media informasi penyakit infeksi emerging
Korespondensi :
[email protected]