Legionellosis

12 Mar 2025 | Admin Infem

Selayang Pandang

Legionellosis merupakan penyakit infeksi bakteri yang bersifat akut. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Legionella. Peneliti mengidentifikasi setidaknya terdapat 60 spesies Legionella yang berbeda dan 20 di antaranya dapat menyebabkan penyakit Legionellosis pada manusia. Pada berbagai negara di dunia, spesies yang menjadi paling umum menimbulkan penyakit pada manusia (termasuk kejadian wabah) adalah  Legionella pneumophila.

 

Sejarah Perkembangan

No. Tahun Perkembangan
1. 1976 Legionella telah diidentifikasi setelah wabah di Philadelphia
2. 1977 Bakteri L. pneumophila pertama kali diidentifikasi sebagai penyebab wabah pneumonia parah di sebuah pusat konvensi di Amerika Serikat pada tahun 1976

 

Situasi di Indonesia

Kasus konfirmasi legionellosis di Indonesia pertama kali teridentifikasi pada tahun 2023 melalui pelaksanaan surveilans sentinel penyakit infeksi emerging. Surveilans sentinel ini diinisiasi karena adanya laporan warga negara asing positif Legionellosis setelah kembali melakukan perjalanan di Indonesia. Sejak tahun 2023 hingga Februari 2025, telah dilaporkan sebanyak 23 kasus konfirmasi dengan 3 kematian. Kasus telah dilaporkan di 3 provinsi, yakni Jawa Barat, Bali, dan Kepulauan Riau.

 

Situasi Global

Penyakit Legionellosis dipercaya terdistribusi hampir ke seluruh dunia. Mengingat kurang optimalnya kapasitas pemeriksaan diagnosis di berbagai negara, maka angka kejadian tidak diketahui secara pasti. Pada negara-negara di Eropa, Australia, dan Amerika Serikat, diketahui angka kejadiannya ialah sebesar 10-15 kasus per 1 juta penduduk per tahun. 

Berdasarkan laporan-laporan yang berhasil dihimpun, sejak tahun 2024-2025, kasus Legionellosis telah dilaporkan pada 10 negara di dunia, terutama di wilayah Amerika, Eropa, Pasifik Barat, dan Asia Tenggara. Kasus terbanyak pada tahun 2024 hingga Februari 2025 dilaporkan di Amerika Serikat, Jepang, dan Taiwan.

 

Gejala, Tanda, dan Masa inkubasi

Legionellosis dapat dibedakan dalam dua bentuk berdasarkan berat atau ringannya penyakit

1. Non-pneumonik (Demam Pontiak)

• Non-pneumonik (Demam Pontiak) adalah bentuk infeksi legionellosis yang ringan

  dengan gejalanya yang menyerupai influenza (Flu-like illness) yang dapat sembuh

  dengan sendirinya dan biasanya berlangsung selama 2–5 hari. 

• Masa inkubasinya berlangsung beberapa jam hingga 48 jam. 

• Gejala utamanya adalah demam, menggigil, sakit kepala, malaise, dan nyeri otot

  (mialgia). 

• Tidak ada kematian yang terkait dengan jenis infeksi ini.

2. Pneumonia (Penyakit Legionnaires)

• Bentuk ini memiliki masa inkubasi 2 hingga 10 hari (tetapi tercatat hingga 16 hari

   dalam beberapa wabah). 

• Gejala awalnya adalah demam, kehilangan nafsu makan, sakit kepala, malaise, dan

   kelesuan. Beberapa penderita mungkin juga mengalami nyeri otot, diare, dan

   kebingungan. Biasanya juga ada batuk ringan pada awalnya, tetapi sebanyak 50%

   penderita dapat mengeluarkan dahak. Dahak berlumuran darah (hemoptisis) terjadi

   pada sekitar sepertiga penderita. 

• Tingkat keparahan penyakit berkisar dari batuk ringan hingga pneumonia yang

   berakibat fatal. Kematian terjadi melalui pneumonia progresif dengan kegagalan

   pernapasan dan/atau syok dan kegagalan multi-organ.

 

Transmisi (Cara Penularan)

Bakteri Legionella paling umum menular pada manusia jika mereka menghirup aerosol (partikel padat atau cair yang terdapat di udara) atau meminum air yang terkontaminasi. Bakteri ini dapat berkembang pada air hangat (20-50oC) atau optimal pada suhu 35oC. Bakteri ini dapat bertahan di biofilm yang umumnya ditemukan pada sistem perpipaan/air. Bakteri Legionella dapat ditemukan pada sumber air alami atau buatan. Sumber air alami yang meliputi sungai, danau, kolam, dan lumpur, umumnya memiliki tingkat Legionella yang sangat rendah sehingga memiliki kemungkinan kecil menjadi sumber penularan. 

 

Sumber aerosol yang menjadi penularan bakteri ini meliputi pendingin ruangan atau AC, sistem pemanas dan pendingin air, kondenser, uap dari bak mandi air panas yang tidak dibersihkan dengan benar, pelembab udara (humidifier), spa whirlpool, shower (pancuran air), dan keran.

 

Penegakan Diagnosis

Diagnosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan klinis, radiologis, dan laboratorium. Pemeriksaan radiologis dilakukan guna menemukan adanya gambaran pneumonia. Pemeriksaan laboratorium dilakukan guna memastikan bakteri penyebab, melalui pemeriksaan PCR, antigen dalam urine, serologi, dan kultur. Isolasi bakteri Legionella diambil dari sekresi pernafasan (sputum/dahak), jaringan paru-paru, cairan pleura dan cairan steril lainnya. Karena perbedaan mekanisme penyakit, bakteri ini tidak dapat diisolasi pada kasus demam Pontiac.

 

Pengobatan dan Tata Laksana Kasus

Apabila seseorang terdiagnosis Legionellosis, salah satu pengobatan yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan antibiotik sesuai rekomendasi dokter atau tenaga professional kesehatan. Pengobatan segera dapat mengurangi Tingkat keparahan dan meningkatkan tingkat pemulihan. Sebagian besar kasus memerlukan perawatan di rumah sakit, terutama pada kasus yang mengalami pneumonia berat dan demam tinggi.

 

Penilaian risiko penyebaran di Indonesia

Pada Juni 2023, Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan telah melakukan penilaian risiko cepat terhadap Legionellosis di Jawa Barat dengan pertanyaan risiko yakni “Bagaimana kemungkinan dan dampak terjadinya penambahan kasus baru Legionellosis di Provinsi Jawa Barat pada 6 bulan mendatang?”

 

Melalui hasil penilaian risiko cepat tersebut yang melibatkan berbagai lintas program dan sektor, diperoleh hasil sebagai berikut:

• Kemungkinan : Kemungkinan Besar dengan pertimbangan yakni:

o Temuan dari BBLKM Jakarta bahwa adanya Legionella pneumophilla  di air tanah

o Kapasitas rumah sakit yang belum maksimal dalam menjaring kasus suspek

   Legionellosis

o Sebagian besar masyarakat umumnya mengalami manifestasi klinis berupa Demam

   Pontiac

o Terbatasnya surveilans dan kesadaran masyarakat

• Dampak : Kecil dengan pertimbangan karena penyebaran kasus ini hanya terjadi pada

  lingkup kecil dan hingga saat ini belum ada penelitian yang menyatakan bahwa Legionellosis

  dapat menyebar dari manusia ke manusia

• Estimasi Risiko : Sedang 

• Tingkat Kepercayaan : Moderat

 

Melalui penilaian risiko cepat tersebut juga dihadirkan beberapa rekomendasi yakni revisi regulasi pengendalian faktor risiko lingkungan, penguatan kapasitas tenaga kesehatan lingkungan dalam rangka pengendalian faktor risiko lingkungan, pemetaan kapasitas laboratorium pemeriksaan spesimen Legionellosis di Indonesia, serta perlunya adanya monitoring surveilans pada manusia.

 

Pencegahan 

Pencegahan penyakit Legionellosis dapat dilakukan dengan pengendalian untuk meminimalkan petumbuhan bakteri legionella dan penyebaran aerosol

• pemeliharaan, pembersihan, dan disinfeksi menara pendingin secara teratur bersama

   dengan penggunaan biosida atau klorin secara periodik; 

• pemasangan penghilang aliran untuk mengurangi penyebaran aerosol dari menara

   pendingin; 

• menjaga tingkat biosida yang memadai seperti klorin di kolam spa beserta pengurasan dan

   pembersihan menyeluruh seluruh sistem setidaknya seminggu sekali; 

• menjaga kebersihan sistem air panas dan dingin serta menjaga suhu air panas di atas 50 °C

   (yang mengharuskan air yang keluar dari unit pemanas berada pada suhu 60 °C atau lebih)

   dan suhu air dingin di bawah 25 °C dan idealnya di bawah 20 °C atau sebagai alternatif

   menggunakan biosida yang sesuai untuk mencegah pertumbuhan, terutama di rumah sakit

   dan tempat perawatan kesehatan lainnya, serta fasilitas perawatan lanjut usia; 

• Menghindari kondisi yang dapat menyebabkan air tergenang.