Middle East Respiratory Syndrome (MERS) adalah suatu subtipe baru dari virus corona yang belum pernah ditemukan menginfeksi manusia sebelumnya. Virus corona merupakan keluarga besar dari virus yang dapat menimbulkan kesakitan maupun kematian pada manusia dan hewan. Virus corona dapat menimbulkan kesakitan pada manusia dengan gejala ringan sampai berat seperti selesma (common cold), Sindroma Saluran Pernapasan Akut yang berat (SARS/ Severe Acute Respiratory Syndrome). Kebanyakan pasien MERS mengalami gangguan pernafasan akut yang parah dengan gejala demam, batuk, dan sesak. Sekitar 3-4 dari 10 pasien yang dilaporkan MERS meninggal (CFR 30-40%). Virus ini diketahui pertama kali menyerang manusia di Jordan pada April 2012, namun kasus yang pertama kali dilaporkan adalah kasus yang muncul di Arab Saudi pada September 2012. Sampai saat ini, semua kasus MERS berhubungan dengan riwayat perjalanan menuju, atau menetap, di negara-negara sekitar Semenanjung Arab. KLB MERS terbesar yang terjadi di luar Semenanjung Arab, terjadi di Republik Korea Selatan pada 2015. KLB tersebut berhubungan dengan pelaku perjalanan yang kembali dari Semenanjung Arab. Penularan infeksi MERS dari manusia ke manusia hampir sebagian besar terjadi di layanan kesehatan karena ada melalui kontak erat dengan kasus, seperti merawat atau tinggal bersama orang yang terinfeksi. Penularan infeksi MERS dari hewan ke manusia masih belum diketahui, hingga saat ini unta cenderung menjadi reservoir utama untuk MERS, dan sumber hewan infeksi pada manusia. Masih diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai factor risiko penularan MERS dari hewan ke manusia dan dari manusia ke manusia.
Sebagian besar kasus konfirmasi MERS mengalami sindrom Saluran Pernapasan Akut yang berat dengan gejala awal yang paling sering ditemukan: demam (98%), menggigil (87%), batuk (83%), dan sesak (72%). Beberapa kasus juga mengalami gejala gastrointestinal seperti diare dan mual/muntah. Kebanyakan kasus MERS disertai komplikasi yang parah, seperti pneumoni dan gagal ginjal. Sekitar 3-4 dari 10 pasien yang dilaporkan MERS meninggal. Sebagian besar kasus meninggal karena kondisi medis yang sudah ada sebelumnya. Beberapa kasus yang terinfeksi memiliki gejala ringan (seperti flu) atau tanpa gejala, dan mereka sembuh. Hingga saat ini, orang-orang dengan kondisi medis yang sudah ada sebelumnya (disebut juga komorbiditas) dan orang-orang dengan sistem kekebalan yang lemah lebih cenderung terinfeksi MERS, atau memiliki tingkat keparahan yang lebih tinggi. Kondisi medis yang sudah ada sebelumnya, antara lain diabetes; kanker; penyakit paru-paru kronis, penyakit jantung, dan penyakit ginjal. Masa inkubasi MERS (waktu antara saat seseorang terinfeksi MERS hingga timbul gejala) biasanya sekitar 5 atau 6 hari, namun bisa berkisar antara 2 sampai 14 hari.
Virus MERS seperti virus corona yang lain menyebar dari sekresi saluran pernafasan (droplet). Akan tetapi mekanisme penyebaran virus secara tepat belum diketahui dengan pasti. Penularan infeksi MERS dari manusia ke manusia hampir sebagian besar terjadi di layanan kesehatan karena ada melalui kontak erat dengan kasus, seperti merawat atau tinggal bersama orang yang terinfeksi. Penularan infeksi MERS dari hewan ke manusia masih belum diketahui, hingga saat ini unta cenderung menjadi reservoir utama untuk MERS, dan sumber hewan infeksi pada manusia. Masih diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai kemungkinan penyebaran lanjutan MERS di masyarakat.
Mengingat strain Mers-Cov yang sesuai dengan strain manusia telah dapat diisolasi dari unta di beberapa negara (Mesir, Oman, Qatar dan Arab Saudi). Hal tersebut diyakini bahwa manusia dapat terinfeksi melalui kontak langsung atau tidak langsung dengan unta yang terinfeksi di Timur Tengah.
Virus ini dapat menular antar manusia secara terbatas, dan tidak terdapat transmisi penularan antar manusia yang berkelanjutan. Kemungkinan penularannya dapat melalui :
a. Seseorang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dengan tiga keadaan di bawah ini:
Perlu waspada pada pasien dengan gangguan system kekebalan tubuh (immunocompromised) karena gejala dan tanda tidak jelas.
DAN
salah satu dari kriteria berikut :
b. Seseorang dengan ISPA ringan sampai berat yang memiliki riwayat kontak erat dengan kasus konfirmasi atau kasus probabel infeksi MERS-Cov dalam waktu 14 hari sebelum sakit.
a. Seseorang dengan pneumonia atau ARDS ((Acute Respiratory Distress Syndrome) dengan bukti klinis, radiologis atau histopatologis
DAN
Tidak tersedia pemeriksaan untuk MERS-CoV atau hasil laboratoriumnya negative pada satu kali pemeriksaan spesimen yang tidak adekuat.
DAN
Adanya hubungan epidemiologis langsung dengan kasus konfirmasi MERS Co-V.
b. Seseorang dengan pneumonia atau ADRS dengan bukti klinis, radiologis atau hispatologis
DAN
Adanya hubungan epidemiologis langsung dengan kasus konfirmasi MERS-Cov dan/ memiliki riwayat tinggal/bepergian dari negara terjangkit sejak 14 hari terakhir
DAN
Hasil pemeriksaan laborat inkonklusif (pemeriksaan screening hasil positif tanpa konfirmasi lebih lanjut)
Seseorang yang terinfeksi MERS Co-V dengan hasil pemeriksaan laboratorium positive.
Seseorang yang kontak fisik, atau berada dalam satu ruangan, atau berkunjung (bercakap-cakap dalam radius 1 meter) dengan kasus probable atau kasus konfirmasi.
Termasuk Kontak Erat antara lain :
Bila terdapat dua orang atau lebih memiliki penyakit yang sama,dan mempunyai riwayat kontak yang sama dalam jangka waktu 14 hari. Kontak dapat terjadi pada keluarga atau rumah tangga, dan berbagai tempat lain seperti rumah sakit, ruang kelas, tempat kerja, barak militer, tempat rekreasi, dan lainnya.
Selengkapnya dapat diunduh disini.
Penyebaran infeksi MERS dapat dicegah dengan cara:
Dalam upaya melokalisir penyebaran infeksi secara hirarkis di tata sesuai dengan efektivitas pencegahan dan pengendalian infeksi (Infection Prevention and Control – IPC), meliputi :
Identifikasi dini pasien dengan ISPA / ILI (Influenza like Illness) baik ringan maupun berat yang diduga terinfeksi MERS.
Selengkapnya dapat diunduh disini.
Pedoman MERS selengkapnya dapat diunduh disini.
KEMENTERIAN
KESEHATAN RI
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Direktorat Surveilans dan Kekarantinaan Kesehatan
Tim Kerja
Penyakit Infeksi Emerging
Gedung Adhyatma
Lantai 6
Jl. H.R. Rasuna Said Blok X.5 Kav. 4-9, Kota Jakarta Selatan, DKI Jakarta 12950
Berlangganan
Jangan Lewatkan Berita terbaru Media informasi penyakit infeksi emerging
Korespondensi :
infeksiemerging@kemkes.go.id