Diperkirakan sekitar 80% infeksi Nairovirus bersifat subklinis (tidak menimbulkan gejala). Pada pasien simtomatis, gejala awal bersifat non-spesifik dan sering menyerupai penyakit lainnya seperti demam berdarah dengue, malaria, tifoid, shigellosis, dan penyakit lainnya.
Munculnya gejala awal (pre-hemoragik) dapat terjadi tiba-tiba, dengan manifestasi demam, nyeri otot, pusing, nyeri leher, sakit punggung, sakit kepala, sakit mata, dan fotofobia (kepekaan terhadap cahaya). Dapat pula disertai mual, muntah, diare, sakit perut, dan sakit tenggorokan, diikuti dengan perubahan emosi yang tiba-tiba dan kebingungan. Setelah 2-4 hari, perubahan emosi berubah menjadi rasa kantuk, depresi dan lesu, dan nyeri perut (terlokalisir di kuadran kanan atas), dengan deteksi hepatomegali (pembesaran hati)
Gejala klinis lainnya pada fase hemoragik yaitu takikardia (detak jantung cepat), limfadenopati (pembesaran kelenjar getah bening), dan ruam petekie (pendarahan ke dalam kulit) pada permukaan mukosa internal, seperti di mulut dan tenggorokan, dan pada kulit. Petekie dapat menyebabkan ruam yang lebih besar (ekimosis), dan hemoragik lainnya. Pada umumnya, ditemukan bukti adanya hepatitis, dan pada pasien yang sakit parah mungkin mengalami kerusakan ginjal yang cepat, gagal hati mendadak atau gagal paru setelah hari ke-5 sakit.
KEMENTERIAN
KESEHATAN RI
Direktorat Jenderal Penanggulangan Penyakit
Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan
Tim Kerja
Penyakit Infeksi Emerging
Gedung Adhyatma
Lantai 6
Jl. H.R. Rasuna Said Blok X.5 Kav. 4-9, Kota Jakarta Selatan, DKI Jakarta 12950
Berlangganan
Jangan Lewatkan Berita terbaru Media informasi penyakit infeksi emerging
Korespondensi :
[email protected]